Sabtu, 05 April 2008

Pemutaran Film Perempuan Perdamaian di TIM Cikini 21 - 27 April 2008

Program Pemutaran Film Dokumenter Perempuan Perdamaian
Kineforum & PWAG
Bekerjasama dengan Komnas Perempuan, RAHIMA, PEKKA dan Jaringan Perempuan Perdamaian Indonesia (PWAG Indonesia)

Perempuan Penggagas Perdamaian
cerita dari para perempuan pekerja HAM dan perdamaian

Peace Women Across the Globe (PWAG)


Begitu banyaknya usaha dan program telah dilakukan gerakan perempuan Indonesia diseluruh dunia. Paska 1998, di Indonesia juga banyak sekali organisasi perempuan yang terbentuk dan bekerja untuk isu perempuan, HAM dan perdamaian. Para perempuan ini telah berjuang dengan gigih dan berusaha keras bagi perbaikan kehidupan dan harkat perempuan baik di komunitasnya maupun Indonesia secara keseluruhan.

Jaringan Peace Women Across the GLobe (PWAG), memperkenalkan 1000 perempuan perdamaian dari seluruh dunia, di awali tahun 2004, ketika 1000 perempuan dinominasikan pada penghargaan Nobel Perdamaian periode 2005. Walaupun tidak berhasil, PWAG tetap berjalan dengan mengerjakan berbagai kampanye, baik itu membuat buku, film dokumenter, pameran postcards perempuan dan juga berbagai bentuk pernyataan pers untuk saling mendukung/solidaritas perempuan di berbagai belahan dunia. (www.1000peacewomen.org).

Dengan pemutaran film dokumenter ini, PWAG berusaha mempromosikan perempuan para aktifis HAM dan perdamaian di seluruh dunia, sambil memperingati Hari Perempun Internasional Maret 2008 dan Hari Kartini April 2008. Film-film didedikasikan untuk para perempuan yang telah bekerja keras untuk isu HAM, demokrasi atau perdamaian, sambil menggugah agar inisiatif lain bermunculan setelah melihat film tentang para perempuan yang sangat berdedikasi ini.

Film yang akan diputar:





1000 Women and A Dream (2005), documenter, 40 Menit, Bahasa Inggris, Producer PWAG Switzerland
Menceritakan awal dibangunnya jaringan 1000 Perempuan Perdamaian (yang menominasikan 1000 perempuan ke Nobel Perdamaian 2005 lalu). Rebecca Vermot terbang ke beberapa Negara dan mewawancarai langsung beberapa “Perempuan Penegak HAM dan Perdamaian” di belahan dunia, mendengar perjuangan mereka, melihat kondisi daerahnya langsung dan mencoba menjalin kerjasama bagi jaringan perdamaian internasional.




Dokumenter Perempuan dari India/PWAG
Redefining Peace (2006), 40 Menit, Bahasa Inggris/Hindia, Producer SANGAT India
Menceritakan tentang para perempuan pejuang HAM dan perdamaian di India. Film ini menggambarkan kerasnya perjuangan para aktifis perempuan India, jatuh bangun, terror yang dihadapi atau kekerasan yang dialami mereka, demi menegakkan keadilan, mencari perdamaian dan perjuangan bagi peningkatan hak-hak azasi manusia dan khususnya perempuan.




Let The World See (2006), 40 menit, Producer: Lau Kin Chi
Definisi perdamaian dari sisi pandang para perempuan di China. Inilah kehidupan para perempuan di China, yang berjuang bagi perbaikan hidup mereka. Mereka menyatakan, bahwa perdamaian adalah kondisi di mana anak perempuan bisa kuliah, gurun pasir berubah menjadi oasis yang menyegarkan, manusia dan alam bisa hidup harmonis.





Making Possible the Impossible: Peace, Women, Nobel Prize (2007), 40 menit, Bahasa Chinese, subtitle English, Producer: Lau Kin Chi (PWAG Hong Kong)
Melalui cerita 3 perempuan ini, Liu-Ngun Fung, Wu Lo-sai Rose, Wai-king, dieksplorasi begitu banyak dimensi dari masalah kekerasan,visible atau tidak visible, fisik atau kultur, yang tersulam di keseharian hidup manusia di Hong Kong, dan bagaimana para perempuan ini menangani berbagai situasi kekerasan yang harus dihadapi.




TALA BAI – Tutur Pengalaman Perempuan Pembela HAM(2007), 22.40 Menit, Bahasa Indonesia, Producer Komnas Perempuan
Marilah berbagi suka dan duka dengan 12 aktifis HAM perempuan Indonesia ini. Mulai dari sudut Aceh, Jawa, NTT, Ambon dan Sulawesi, para perempuan tegar ini memperjuangkan hal-hal yang awalnya dianggap sulit dilakukan oleh para perempuan. Tala Bai adalah salah satu alat yang dipilih untuk menggulirkan diskusi dengan semua pembela HAM, baik di komunitas sendiri atau komunitas lebih luas untuk berbagai sisi kehidupan, resiko dan hal-hal yang dihadapi para pekerja HAM Indonesia.





Mollo di Timor (2007): Suara Masyarakat Mollo, 10 Menit, Bahasa Indonesia, Producer: Caroline Monteiro/PWAG & Ragam, Sutradara: I.G.Ketut Trisna Pramana & Carolina Monteiro
Masyarakat adat Mollo, di dataran pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan, NTT, telah menempuh hampir satu decade memperjuangan hak tanah suci milik komunitas adapt. Bagi mereka tanah mereka yang mengandung marmer ini adalah air susu ibu, sumber kehidupan masyarakat. Bila investor datang, menancapkan mesinnya mengambil marmer, bagaimana ibu pertiwi mereka bisa melanjutkan hidupnya? Para ibu-ibu pemberani ini juga bercerita tentang hidup mereka dan masa depan Mollo.



IT’s Time to Speak Up! (2006), documenter, Durasi: disc 1 57 menit, disc 2: 40 Menit, Bahasa Indonesia, Producer: Nani Zulminarni, PEKKA, Perempuan Kepala Keluarga.

Perempuan bukan hanya sebagai bagian dari keluarga, tapi juga terbukti kepala keluarga. Pekka adalah program yang mendukung banyak perempuan kepala keluarga, yang berjuang mempertahankan hidupnya, dengan berbagai kompleksitas yang dihadapinya. Nani Zulminarni salah satu Peace Women menginisiasi program ini hampir 9 tahun lalu dan telah bersama-sama para ibu anggota PEKKA membangun jaringan kuat para perempuan kepala keluarga di berbagai propinsi.



Menghikmati Shalawat Penyemai Kesetaraan (2006), Rahima, 14.50 menit, documenter, Bahasa Indonesia, Producer RAHIMA, Sutradara: Daniel Rudi Haryanto
Rahima sebuah organisasi yang peduli pada isu perempuan, gender dan perspektif Islam, mempersembahkan sebuah documenter tentang sisi lain dari Shalawat yang juga bisa menjadi Shalawat Keadilan dan membawa perspektif kesetaraan dalam lingkungan Islam khususnya di berbagai pesantren/komunitas muslim yang ada.